Mendaki Gunung (Part-2)

Makan
   
Kadang kita meremehkan sarapan pagi, karena malas atau ingin cepat-cepat jalan,  kadang kita memasak makanan pagi seadanya, cukup mie instant atau makan beberapa potong biskuit saja. Justru di pagil hariah kita harus makan besar, nasi dengan segala lauk pauknya jejalkan ke perut. Karena pagi disaat kita mulai melakukan pendakian kita butuh tenaga atau energi yang semuanya diperoleh dari karbohidrat (nasi, havermut, kentang, mie). Kalau makan seadanya, maka badan akan lemas dan kita tidak cukup kuat untuk mendaki. 

Makan besar kita  buat lagi ketika makan siang, untuk menggantikan energi yang habis terbakar selama pendakian setengah hari. Selama pendakian, daripada ngelamun jorok lebih baik ngemil. Cemilan bisa berupa permen, biskuit, pisang, dodol, gula merah, kacang-kacangan, coklat dan sebagainya. Makanan kecil ini mampu menambah energi dan semangat.

Bila malam tiba, maka waktu memasak lebih leluasa, kita bisa berkreasi  untuk memasak makan malam. Namun utamakan memasak makanan yang mengandung protein seperti ikan, ayam dan telur.  Protein ini dibutuhkan untuk mengganti sel-sel yang rusak akibat aktifitas pendakian seharian.
   
Malam hari kita tidak butuh tenaga  besar, karena selesai masak kita akan tidur, kecuali kalau memang mau ronda di gunung. Karena tidak butuh tenaga, maka kurangi makanan yang mengandung karbohidrat seperti nasi, kentang dan lain-lainya. Karena tubuh tak bergerak, karbohidrat yang tidak terbakar sehingga akan menjadi lemak. Kecuali memang kita memang punya perut melayu, belum makan, kalau tidak makan nasi, maka silahkan saja makan nasi sampai gembul. 
   
Melangkah

Berjalanlah perlahan dengan langkah pendek ketika menyusuri trek yang menanjak. Lebih baik jalan perlahan, sedikit istirahat dengan jarak tempuh yang panjang/jauh, daripada jalan cepat dengan jarak tempuh pendek dan berulangkali beristirahat. Berjalan perlahan, berguna untuk membiasakan otot dan jantung bekerja dengan stabil dan tidak mengagetkan. Kalau kita masih bisa ngobrol dengan temen seperjalanan kita, berarti kita berjalan dengan baik karena nafas tidak memburu. Berjalan cepat, bisa mengakibatkan otot jantung kaget dan otot kaki atau perut bisa kram.



Pilihlah jalan yang datar, lebih baik jalan memutar sedikit daripada memilih trek terjal mendaki. Selain lebih aman, juga tidak membuat kaget dan lelah otot kaki. Pilih pijakan kaki yang tidak tinggi. Memilih pijakan tinggi apalagi dengan menggunakan tangan untuk menarik badan kita memang akan cepat mencapai ketinggian, namun percayalah cara ini akan membuat tenaga anda cepat terkuras dan cepat lelah. Tidak masalah kalau anda mempunyai fisik prima dan sering berlatih, tenaga akan cepat pulih. Namun bagi yang tidak mempunyai fisik prima, akan lemas, tidak bertenaga, lama pulih dan bisa jadi pusing, mata berkunang-kunang dan kaki bisa kram.
   



Cermat memilih pijakan di tanah, hati-hati dengan akar yang keluar dari tanah atau menyilang di tengah trek, biasanya akar licin membuat kita tergelincir ketika di injak. Akar pohon, batu berlumut atau yang labil dan mudah bergeser lebih baik dihindari, tidak usah diinjak. Perhatikan dan konsentrasi penuh ketika meniti batang pohon, gesek-gesek dahulu telapak sepatu ke batu atau kayu untuk melepaskan tanah dan lumpur yang menempel, agar telapak tidak licin. Pastikan kayu yang akan kita injak atau kita raih kuat dan tidak rapuh atau mudah patah.
   
Kencangkan ikatan ransel di punggung, jangan sampai ransel bergoyang kekiri atau ke kanan yang hanya akan mengurangi keseimbangan ketika kita melangkah meniti sebatang kayu. Bebaskan kedua tangan dari barang apapun, kedua tangan nantinya akan kita gunakan untuk keseimbangan.
   
Pilih pijakan dengan benar di batang pohon, pastikan kita tidak menginjak bagian berlumut. Melangkahlah dengan tenang, tidak usah tergesa, konsentrasi penuh, perlahan namun pasti kita bergerak maju selangkah demi selangkah.
   
Ketika memanjat dinding tanah yang terjal, pilih tumpuan  dengan benar, kalau menginjak batu pastikan batu tersebut kuat dan tidak rapuh, kalau tidak ada batu, kita tendang-tendang tanah hingga berlobang sebagai pijakan.

Untuk pegangan hati-hati bila menggapai batang pohon, pastikan kuat dan tidak mudah tercabut akarnya. Jangan pegang tumbuhan berduri dan batang pohon mati, karena sebesar apapun batang pohon mati, kemungkinan besar rapuh dan mudah patah. Bila batang pohon atau batu tersebut dirasakan kuat, kita bisa mulai memanjat perlahan. 
   
Bermalam

Pilihlah tempat mendirikan tenda yang nyaman dan aman. Jangan diatas bebatuan tajam, jangan diatas tumbuhan duri, jangan di lokasi aliran air, jangan dibawah pohon besar yang mati, jangan di badan sungai, jangan merapat dinding batu atau tanah yang rapuh. Buatlah parit di sekeliling tenda untuk menghindari aliran air hujan  masuk tenda. Kencangkan kuat-kiat semua tali tenda, agar tenda berdiri kokoh dan dinding tenda tidak menampung air hujan.
   
Setelah tenda berdiri kokoh dan kuat, ganti semua pakain basah dengan pakaian kering. Sekarang silahkan masak memasak, kemudian tidur nyenyak, memulihkan tenaga untuk pendakian keesokan harinya. 
   
(selesai)


-->


0 Responses
  • CO2 in Atmosphere



    Followers