Lumpur Sidoarjo
Tak terasa, lima tahun sudah semburan Lumpur Sidoarjo berlangsung. Semburan Lumpur Lapindo pertama kali menyembur pada tanggal 29 Mei 2006 di Desa Renokenongo, Sidoarjo. Semburan yang telah berlangsung lima tahun itu telah menghancurkan perekonomian rakyat Porong, Jabon dan Tanggulangin. Selama itu pula, banyak persoalan yang belum tuntas. Mulai dari ganti rugi, hingga genangan lumpur yang semakin meluas. Bahkan hingga hari ini, warga yang menjadi korban, masih melakukan unjuk rasa meminta ganti rugi yang sampai saat ini terkatung-katung dan tidak jelas.

Semburan yang diduga terjadi karena adanya underground blowout dari Pemboran Sumur Eksplorasi Banjar Panji (BJP)-1 milik PT Lapindo Brantas Inc. (PT LBI) ini, telah menenggelamkan empat desa, yaitu Kedungbendo, Siring (Timur), Jatirejo (Timur) dan Renokenongo, serta menempatkan sembilan desa lainnya dalam zona bahaya. Lumpur yang keluar setiap harinya diperkirakan sekitar 5.000 hingga 50 ribu meter kubik perhari (setara dengan muatan penuh 690 truk peti kemas berukuran besar). Material semburan ditampung dalam tanggul dengan keliling sekira 23 km, tinggi hingga 6 meter dan menutupi area seluas sekitar 800 hektar. Di dalam tempat penampungan ini terdapat 232 titik bubble (seperti terlihat pada video di bawah ini saat kawan-kawan KuMan AIDS mampir di kawasan Lumpur Lapindo saat perjalanan pulang dari Kota Malang, beberapa tahun yang lalu).



Dengan tenggelamnya empat desa dan terusirnya puluhan ribu orang dari rumah mereka, bukan saja telah menimbulkan persoalan ekonomi, tetapi juga perpindahan karena terpaksa (forced migration) yang merupakan bencana kultural yang luar biasa, karena korban meninggalkan sejarah, cara hidup dan berinteraksi satu sama lain. Bencana lumpur juga mencerabut mereka secara paksa dari jejaring sosial tempat mereka selama ini mengidentifikasikan dirinya.

Karena runtuhnya pijakan sosial kultural bersama yang selama ini menyatukan mereka, korban Lumpur menjadi rapuh dan kehilangan kohesi sosial. Hilangnya sejarah, moda hidup dan interaksi sosial ini turut menjadi katalisator parahnya fragmentasi sosial yang akhir-akhir ini terjadi.

Saat ini jauh lebih penting menangani para korban, daripada berdebat soal pemicu yang tak ada kejelasan. Akhirnya kita hanya dapat berdoa, agar musibah Lumpur Sidoarjo ini dapat segera berakhir.
31 May : World No Tobacco Day


Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2011
 “Kematian akibat terorisme sejak tahun 2001 =  11.377 orang. Kematian akibat tembakau sejak tahun 2001 = 30.000.000 orang”.



Mungkin dari kita semua, hanya sedikit yang tahu dan masih ingat jika tanggal 31 Mei nanti merupakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia atau World No Tobacco Day. Bagi banyak orang Hari Tanpa Tembakau Sedunia merupakan tantangan untuk menciptakan masyarakat yang benar-benar bebas dari tembakau, tetapi ada juga yang menganggapnya sebagai upaya yang sia-sia. Terlepas dari itu semua, Organisasi Kesehatan Sedunia atau WHO pada bulan Januari 2011, telah memilih 'WHO Framework Convention on Tobacco Control' sebagai tema Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2011.


DYNO 70+5

Siang itu (lebih dari satu bulan yang lalu) terdengar tanda pesan masuk di ponselku. Sejenak aku melirik ke arah ponselku yang saat itu berada di atas meja, lalu aku raih ponsel itu. Aku baca isi pesannya : “Selamat produk Anda terpilih dalam program memorabilia eiger quest. Silakan kirimkan alamat Anda, dan akan kami konfirmasikan kembali untuk penukaran barangnya. Informasi pemenang ada di fb fans eiger. Terimakasih (Isha Rubiana Eiger).


  

Selang setengah jam kemudian terdengar nada panggilan masuk. Setelah mengucap salam, dari balik sana terdengar suara merdu dari seseorang, ternyata dari Isha Rubiana – Marketing Eiger Cihampelas Bandung. Dia mengkonfirmasi ulang dari SMS-nya yang telah dikirim sebelumnya.

Ada perasaan berat juga saat harus melepas tas carrier/rucksack yang sudah setia menemani kemana aku pergi. Ya.. carrier itu sudah menemani aku ke banyak tempat, antar lain ke puncak Gunung Ciremai, Gunung Slamet, Gunung Gede, Gunung Cikuray atau sekedar camping di Cibunar, Palutungan, Apuy, Argalingga, Telaga Sunyi Baturaden, Penggaron Ungaran, Panjalu Ciamis, Rancaupas dalam Jambore Petualang Indonesia bersama Host dan Fans Jejak Petualang dan banyak tempat lain. Itulah alasan mengapa hampir satu bulan aku belum juga menukarkan carrier lama dengan yang baru. Setelah hampir 15 tahun berpetualang, mungkin memang sudah saatnya carrier ini istirahat. Biarlah semua itu menjadi kenangan.

Dan kulangkahkan juga kaki ini ke Eiger Gramedia Grage Mall untuk melihat calon carrier baruku. Di sana aku langsung disambut Ika Riana yang langsung bertanya “Jadi Mas nuker tasnya?”. Rupanya dia masih ingat waktu aku tanya-tanya tentang carrier sebelum aku ikut program Memorabilia Eiger Quest. Dan akhirnya kurelakan carrierku itu untuk menjadi Memorabilia dan dipajang di New Eiger Adventure Store Bandung. Toh kalau aku kangen, aku masih bisa lihat di Bandung.

 

Dan sebagai gantinya adalah carrier Dyno 70 + 5 liter. Dengan dimensi : 24 x 34 x 88 cm, bahan Cordura 500D - Cordura 1000D, technology : Ergo Dyno Back System With U Frame & Ergonomic Flexy Accessed Shoulder Straps dan Feature : - Top Loaded with 2 back pocket with Rain Cover accessed - Front Pocket with zipper - 2 Side Pocket - Ice Axe Strap - Sleeping bag Compartment & Additional front loaded compartment - 4 Side Straps Adjuster - Color : - Granite-Black - 2 Strong Handles with 50 mm Nylon Webbing.

Terima kasih untuk Eiger, Isha Rubiana dan Ika Riana.

Ayo Dyno.... sekarang giliranmu.... ajak aku berpetualang ke banyak tempat... Ayo siapa mau ikut......
  • CO2 in Atmosphere



    Followers